Oleh
Kelompok 6:
1.
Tusiyati (11144600145)
2.
Rohmah
Nurhayati (11144600143)
3.
Tataq
Wedaringtyas(11144600144)
4.
Heni
Pratiwi (11144600142)
A.
Riwayat
Hidup Gibson
Elanor Jack Gibson, lahir di Pearia, Illinois, Amerika
Serikat pada 7 Desember 1910. Ia menyelesaikan pendidikan terakhirnya di Universitas
Yale dan menerima gelar Ph.D. pada tahun 1938, kemudian menghabiskan sebagian
besar waktunya sebagai pengajar di Universitas Cornel, New York. Terakhir ia
pindah ke Universitas Middlebury dan mengajar disana hingga pensiun pada tahun
1980.
Gibson adalah ahli psikologi perkembangan yang telah
mencurahkan seluruh perhatiannya pada penilitian selama hampir enam puluh
tahun. Fokus utama penelitiannya adalah perkembangan perseptual pada bayi. Ia
terkenal dengan teorinya yang mengatakan bahwa kita menerima rangsangan ketika
kita dapat mengenal ciri-ciri spesifik rangsangan tersebut.Ia adalah istri dari
psikolog James Jerome Gibson yang merupakan psikolog terpenting selama abad
ke-20 dalam bidang persepsi visual.Jadi, dapat dikatakan Elanor Jack Gibson
meneruskan teori perkembangan perseptual suaminya. Ia meninggal Coloumbia,
California, Amerika Serikat pada 30 Desember 2002.
B.
Pengertian
Perseptual
Persepsi merupakan fungsi dan cara
seseorang memandang sesuatu. Menurut Gibson, persepsi adalah kemampuan
seseorang dalam menggambarkan rangsangan atau obyek psikologis seperti gagasan,
kejadian atau situasi tertentu yang ditangkap melalui panca indranya (melihat,
mendengar, merasakan, meraba dan mencium) secara terpisah-pisah atau serentak
sehingga didapatkan gambaran yang jelas atau respon seseorang tentang
rangsangan yang diterimanya dan menjadi dasar perilaku seseorang.Hal ini
dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus
tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja stimulus
atau rangsangan menggerakkan indera. Jadi, segala sesuatu yang mempengaruhi
persepsi seseorang maka akan mempengaruhi pula perilaku yang dipilihnya.
Persepsi
ternyata banyak melibatkan kegiatan kognitif, orang telah menentukan apa yang
telah akan diperhatikan. Setiap kali kita memusatkan perhatian lebih besar
kemungkinan tak akan memperoleh makna darri apa yang kita tangkap, lalu
menghubungkannya dengan pengaaman yang lalu, dan dikemudian hari akan diingat
kembali.
Kesadaran
juga mempengaruhi persepsi, bila kita dalam keadaan bahagia, maka pemandangan
yang kita lihat akan sangat indah sekali. Tetapi sebaliknya, jika kita dalam
keadaan murung, pemandangan yang indah yang kita lihat mungkin akan membuat
kita merasa bosan, ingatan akan berperan juga dalam persepsi. Indra kita akan
secara teratur akan menyimpan data yang kita terima, dalam rangka memberi arti.
Orang cenderung terus- menerus untuk membanding-bandingkan penglihatan, suara
dan penginderaan yang lainnya dengan ingatan pengalaman lalu yang mirip. Proses
informasi juga mempunyai peran dala persepsi. Bahasa jelas dapat memengaruhi
kognisi kita, memberika bentuk secara tidak langsung seorang mempersepsi
dunianya.
Dalam hal ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa persepsi
merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan
menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan
pengalaman-pengalamanyangadadankemudian menafsirkannya untuk menciptakan
keseluruhan gambaran yang berarti.
C.
Perkembangan
Perseptual
Perkembangan perseptual merupakan suatu
ketrampilan yang dipelajari, maka proses pengajaran dapat memberikan dampak
langsung terhadap kecakapan perseptual. Namun perkembangan perseptual individu
juga dipengaruhi faktor hereditas (keturunan) dan lingkungan.
Aktivitas perseptual pada dasarnya
merupakan proses pengenalan individu terhadap lingkungannya. Ada tiga proses
aktivitas perseptual yang perlu dipahami yakni:
1. Sensasi
Sensasi adalah peristiwa penerimaan
informasi oleh indra penerima. Sensasi berlangsung disaat terjadi kontak antara
informasi dengan indra penerima. Maka dari itu, dalam sensasi terjadi deteksi
informasi secara indrawi.
Misalnya, sensasi
pengelihatan mendapatkan informasi berupa gambar yang kemudian diteruskan ke
syaraf penglihatan.
2. Persepsi
Persepsi adalah interpretasi
terhadap informasi yang ditangkap oleh indra penerima. Persepsi merupakan
proses pengolahan lebih lanjut dari aktivitas sensasi.
Misalnya,
seorang anak yang mendapatkan informasi gambar lewat mata menjadi tahu kalu itu
gambar binatang
3. Atensi
Atensi mengacu kepada kemampuan untuk memilih atau menyaring
persepsi. Dengan atensi, kesadaran seseorang bisa hanya tertuju pada satu objek
dengan mengabaikan objek-objek lainnya.
Misalnya,
karena anak tersebut melihat gambar binatang maka dia tidak melihat gambar yang
lainnya dan hanya tertuju dengan satu objek.
Gibson (1990) mengemukakan ada serangkaian fase
dalam perkembangan perseptual selama masa infancy (masa pertumbuhan). Fase ini
bukan merupakan fase yang kaku karena fase-fase tersebut saling tumpang tindih
dalam waktu dan situasi. Pada setiap fase ini, anak menggunakan
kemampuan-kemampuan motor yang telah dimilikinya untuk mengeksplorasi
lingkungan.
Dilihat dari keragaman indra penerima
informasi, persepsi dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
a. Persepsi Visual
Persepsi visual
adalah persepsi yang didasarkan pada penglihatan. Persepsi ini sangat
mengutamakan peran indra penglihatan (mata) dalam proses perseptualnya. Dengan
demikian proses perkembanganya tergantung pada fungsi indra mata.
Akomodasi
adalah proses penyesuaian bentuk lensa mata terhadap objek yang dilihat sesuai
dengan jarak yang penglihatanya. Bayi menunjukan respon akomodasi yang akurat pada
usia 5-6 bulan.
Dilihat dari
dimensinya, ada 6 jenis persepsi visual yang dapat dibedakan yakni:
b. Persepsi
Konstanitas Ukuran
Merupakan
kemampuan individu untuk mengenal bahwa setiap objek memiliki suatu ukuran yang
konstan mekipun jaraknya bervariasi. Secara lebih kompleks persepsi ini juga
merupakan kemampuan untuk menimbangsecara ukuran objek yang berbeda dengan
jarak pandang yang bervariasi pula. Misalnya, anak mampu
mempersepsikan bahwa bahwa jalan dipegunungan itu sama lebarnya tetapi ketika
digambar semakin jauh semakin kecil. Anak yang sudah mengerti tentang konsep
ini akan menjawab bahwa ini berkaitan dengan jarak.
c. Persepsi Objek atau Gambar Pokok dan
Latar
Persepsi ini memungkinkan individu untuk menempatkan suatu objek
yang berada atau tersimpan pada suatu latar yang membingungkan. Persepsi ini
meningkat pada usia 4-8 tahun.Kemampuan
ini akan terlihat dalam gambar anak.
Misalnya kemampuan anak dalam menggambar gambar yang
tertutup oleh gambar lain.
1)
Persepsi Keseluruhan dan Bagian
Merupakan kemampuan untuk membedakan
bagian-bagian suatu objek atau gambar dari keseluruhannya. Persepsi ini
meningkat cepat pada anak usia 9 tahun.
2)
Persepsi Kedalaman
Merupakan kemampuan individu untuk
mengukur jarak dari posisi tubuh ke suatu objek. Perkembangannya dari bayi
berumur 6 bulan dan mencapai kematangan pada 10 tahun.
Misalnya ketika Gibson
mengembangkan suatu alat tes yang disebut Visual
Cliff. Visual Cliff adalah instrumen untuk mengetes apakah “persepsi
kedalaman” (depth perception) menjadi
sifat yang melekat di dalam diri seorang bayi atau binatang. Caranya dengan
menghadapkan bayi atau anak binatang pada satu situasi yang harus dilalui
dengan merangkak ke arah pembuat eksperimen melewati satu lembar gelas kaca
yang berat yang menjembatani satu jurang terjal atau jalan menurun tajam
sekali. Apabila peresepsi kedalaman (depth
perception) melekat pada bayi atau binatang tadi, subjek akan menolak
melintasi gelas kaca tadi. Bila persepsi kedalaman itu belum melekat pada anak
atau binatang percobaan itu maka tanpa ragu ia melintasi jurang terjal itu.
Dalam percobaan Gibson, ia menyimpulkan bahwa 90% anak yang berumur 6 tahun ke
atas tidak merangkak melewati jurang terjal itu. Indikasinya bahwa anak-anak
pada umur 6 tahun ke atas sudah memiliki kemampuan persepsi kedalaman (depth perception).
3)
Persepsi Tilikan Ruang
Merupakan kemampuan penglihatan untuk
mengidentifikasi, mengenal dan mengukur dimensi ruang.
4)
Persepsi Gerakan
Persepsi gerakan melibatkan kemampuan
memperkirakan dan mengikuti gerakan atau perpindahan objek oleh mata.
5)
Persepsi Pendengaran
Persepsi pendengaran merupakan
pengamatan dan penilaian terhadap suara yang diterima oleh bagian telinga.
Seperti
halnya persepsi penglihatan, perkembangan persepsi pendengaran mencakup
beberapa dimensi, yaitu:
a) Persepsi Lokasi Pendengaran
Persepsi ini berkenaan dengan
kemampuan mendeteksi tempat munculnya suatu sumber suara.
Misalnya, kalau si anak dipanggil
dari sebelah kiri, maka ia menenggok ke sebelah kiri, kalau di langit-langit
ada suara yang menakutkan, maka ia memusatkan perhatiannya ke arah sumber suara
tersebut.
b) Persepsi Perbedaan
Misalnya
anak bisa membedakan suara ibunya, ayahnya, ataupun hal-hal lain di sekitarnya.
c) Persepsi Pendengaran Utama dan
Latarnya
Kemampuan untuk memperhatikan
suara-suara tertentu dengan mengabaikan suara-suara lain yang tidak
berhubungan.
Misalnya kita perlu mendengarkan
suara guru yang sedang mengajar sambil mengabaikan suara-suara gaduh yang
datang dari luar kelas.
D. Tahapan Perkembangan Perseptual
Secara umum, ada
3 (tiga) tahap perkembangan perseptual pada masa infancy (masa pertumbuhan)
(Gibson, 1990), yaitu :
a. Tahap Pertama (awal kelahiran – 4 bulan)
Bayi telah mampu mengendalikan
kepala dan seluruh badannya sehingga bayi akan dapat mengarahkan penglihatan
dan pendengarannya kepada objek-objek yang dijumpai.
b. Tahap kedua (4 bulan – 7 bulan)
Pada tahap ini bayi telah mampu
mengendalikan lengan dan tangannya, sehingga bayi dapat menjangkau dan
menggenggam benda-benda.
c. Tahap ketiga (8 bulan – 12 bulan)
Pada tahap ini perhatian bayi
meluas kepada susunan stimulus yang lebih luas karena bayi sudah dapat
merangkak, berpindah-pindah tempat (locomotion), serta mengeksplorasi hal-hal
yang ada dibalik penghalangnya.
E. Perkembangan Persepsi
Dalam psikologi Gibsonian, konsep eksplorasi sebagai
aspek penting dari persepsi. Gibson menyamakan persepsi terhadap aktivitas,
atau keterampilan aktif yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang
lingkungan. Gibson mengatakan bahwa persepsi aktif, bukan pasif. Dalam hal ini
eksplorasi, tidak hanya menerima eksplorasi gerakan mata, kepala, dan bahkan
eksplorasi lokomotor dalam pemikiran mungkin sekitar semua sebagai sebuah
pencarian untuk informasi lebih lanjut.
Secara
tradisional, persepsi telah dianalisis dalam hal versus proksimal rangsangan distal. Artinya, foton distal merangsang
fotoreseptor retina proksimal, pikiran menafsirkan informasi ini. Kerangka
alternatif yang diusulkan Gibson berusaha untuk menganalisis stimulus yang
merangsang organisme, bukan retina. Dengan demikian, psikologi Gibsonian
berusaha untuk menjelaskan persepsi dalam hal suatu organisme aktif menjelajahi
lingkungan dan mendapatkan informasi tentang kata lingkungan untuk tujuan
evolusi, sebagai lawan menjadi responden pasif hanya terhadap rangsangan fisik
memukul retina.
Lingkungan
terdiri dari semacam reservoir stimulus mungkin bagi kedua persepsi dan
tindakan, cahaya, panas, suara, gravitasi, dan kontak potensial dengan
benda-benda yang mengelilingi individu lautan energi telah variabel pola dan
urutan yang dapat didaftarkan oleh organ akal. Gibson mengusulkan bahwa
perbedaan mendasar tidak antara tingkat yang berbeda atau bentuk stimulus dalam
persepsi, melainkan antara mode aktivitas perilaku sukarela / persepsi versus
stimulasi memaksakan.
Perbedaan
berada di bekas rangsangan diperoleh oleh organisme aktif pada tingkat
fungsional. Gibson yakin bahwa persepsi adalah cara dimana pengamat tetap
berhubungan dengan hal-hal berharga sekitar mereka sehingga menyebabkan
penolakan, bukan hanya dari behaviorisme, tetapi teori penyebab persepsi juga.
Dia datang untuk mempertimbangkan persepsi kegiatan individu termotivasi, bukan
hasil dari sebab-sebab fisik menimpa tubuh yang di dalamnya pikiran
terjebak.
Berikut ini akan dijelaskan
perkembangan persepsi menurut Gibson, yaitu :
1.
The
perception of the Visual World (Persepsi awal tentang Dunia Visual)
Persepsi
ini menjelaskan tentang ide persepsi langsung dari lingkungan di sekitar kita.
Gibson menentang respon psikologi ini, pertama-tama dengan menggunakan
metodologi penelitian dualisme, dan kedua, dengan mengedalilkan kerangka
teoritis untuk hasil penelitiannya. Dalam karya klasiknya, Persepsi Dunia
Visual (1950), ia menolak teori behaviorisme dan pendekatan klasik dan
orang lain yaitu persepsi untuk melihat berdasarkan karya eksperimental
teorinya memelopori gagasan bahwa sampel pengamat informasi dari dunia visual
luar menggunakan sistem perseptual aktif bukan pasif, dan menerima masukan
melalui mereka indera dan kemudian memproses input ini untuk mendapatkan sebuah
konstruksi dunia. Bagi Gibson, dunia itu berisi invarian informasi yang dapat
diakses secara langsung ke sistem persepsi manusia dan hewan yang menyesuaikan
diri untuk mengambil informasi ini melalui persepsi langsung.
Dalam hal
persepsi visual, beberapa orang benar-benar dapat melihat perubahan persepsi
dalam mata batin mereka. The esemplastic alam telah ditunjukkan oleh
percobaan sebuah gambar ambigu memiliki beberapa interpretasi pada
tingkat persepsi. Salah satu objek dapat menimbulkan banyak persepsi. Masalah
ini berasal dari kenyataan bahwa manusia tidak dapat memahami informasi baru, tanpa kebiasaan yang melekat pada pengetahuan mereka sebelumnya. Dengan pengetahuan seseorang dapat
menciptakan realitas atau kebenaran, karena manusia hanya dapat memikirkan hal yang
telah terbuka.
Ketika
melihat obyek tanpa pemahaman, pikiran akan mencoba untuk meraih sesuatu yang sudah
dilihatnya. Hal itu paling erat hubungannya dengan pengalaman asing dari masa
lalu kita, membentuk apa yang kita lihat, ketika kita melihat hal-hal yang
tidak kita pahami. Ambiguitas persepsi tidak terbatas pada visi. Sebagai
contoh, baru-baru ini menyentuh persepsi penelitian Robles De La Torre &
Hayward 2001 menemukan bahwa kinesthesia berdasarkan persepsi haptic sangat bergantung pada kekuatan
alami selama sentuh. Teori kognitif persepsi menganggap ada kemiskinan stimulus. Dengan mengacu pada persepsi
klaim, sensasi datang dengan sendirinya, tidak
mampu memberikan deskripsi yang unik di dunia. Sensasi membutuhkan peran model
mental dari seseorang.
2.
The
Senses Considered as Perceptual System (Indra yang dianggap sebagai Sistem perceptual)
Persepsi
isi menyajikan jenis yang ada di lingkungan sebagai asal persepsi. Selama
seperempat abad ini, Gibson memuat tulisan yang signifikan banyak bersama
dengan istrinya, Eleanor J. Gibson. Mereka menolak penjelasan persepsi melalui
Behavioristik asumsi bahwa asosiasi stimulusrespons account untuk semua bentuk
pembelajaran, termasuk pembelajaran persepsi. Mereka berpendapat bahwa belajar
adalah persepsi yang melihat lebih banyak kualitas untuk membedakan stimulus di
lingkungan, bahwa pandangan itu adalah akuisisi baru, lebih berbeda, ada
tanggapan yang berkaitan dengan stimulus.
Gibson
mempelajari persepsi yang terdiri dari 2 variabel, yaitu menanggapi
rangsangan fisik yang sebelumnya tidak menanggapi. Serta belajar yang
seharusnya selalu menjadi bahan perbaikan untuk berhubungan dekat dengan
lingkungan. Gibson menyajikan teori persepsinya dalam The Senses Considered
as Perceptual System (1966). Hal ini dimulai dengan seluruh organisme yang
perseptor, ia dimulai dengan lingkungan yang akan dirasakan. Jadi, munculnya
pertanyaan-pertanyaan tidak karena perseptor construct dunia dari input sesorik
dan pengalaman masa lalu, melainkan informasi apa yang langsung tersedia di
lingkungan ketika seseorang atau hewan berinteraksi dengannya.
Gibson
menyarankan bahwa sistem persepsi yang peka terhadap invariants dan variabel
dalam lingkungan secara aktif mencari melalui interaksi. Bagi Gibson,
lingkungan berisi informasi yang obyektif, yang memungkinkan pengakuan atas
sifat permukaan, benda. Kritis dengan model Gibson adalah persepsi yang
merupakan proses aktif, melibatkan gerakan. Invariants inilah yang memungkinkan
pengamat untuk melihat lingkungan dan objek di dalamnya, dan invariants ini
adalah bagian dari lingkungan sehingga persepsi tidak hanya secara langsung
tetapi pandangan dunia yang akurat.
Gibson
menolak pendekatan tradisional yang secara alami, melainkan bahwa obyek
persepsi dalam diri berarti makna tambahan melalui proses mental yang lebih
tinggi seperti kognisi atau memori. Pendekatan Gibson sangat berbeda. Ia
berargumen bahwa makna eksternal untuk perseptor terletak pada apa yang diamati
oleh lingkungan.
3.
The
Ecological Approach to Visual Perception (Pendekatan ekologis untuk Visual
Persepsi)
Selama
beberapa tahun terakhir, banyak peneliti perkembangan perseptual pada bayi yang
dituntun oleh pandangan ekologi dari Eleanor dan James J. Gibson. Persepsi ini
mencerminkan perkembangan pemikiran dan penekanan pada makna melalui interaksi
antara persepsi dan tindakan, affordances lingkungan hidup. Gibson menggunakan
pendekatan ekologi untuk persepsi, yang didasarkan pada interaksi antara
pengamat dan lingkungan. Beliau menciptakan istilah affordance yang
berarti kemungkinan interaktif dari suatu obyek atau lingkungan tertentu.
Konsep ini telah banyak memberikan pengaruh dalam bidang desain dan ergonomis,
serta bekerja dalam konteks interaksi antar manusia-mesin.
Gibson
mengatakan bahwa kita tidak harus mengambil sebagian data dari sensasi dan
membuat gambaran dalam pikiran kita. Untuk sistem perseptual kita dapat memilih
dari informasi yang banyak disediakan oleh lingkungan. Menurut pandangan
ekologi Gibson, kita secara langsung mempersepsikan informasi yang ada di dunia
sekitar kita. Persepsi membuat kita memiliki hubungan dengan lingkungan untuk
berinteraksi dan beradaptasi terhadap lingkungan tersebut. Persepsi dibuat
untuk tindakan. Persepsi memberi orang informasi tentang cara atau
tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh seseorang dalam kehidupannya.
Persepsi ekologi pendekatan James J. Gibson menolak asumsi kemiskinan stimulus dengan menolak gagasan bahwa
persepsi berbasis sensasi. Ia menyelidiki informasi apa yang sebenarnya disajikan
kepada sistem persepsi. Dia dan para psikolog yang bekerja di dalam memikirkan
bagaimana dunia bisa ditetapkan mengeksplorasi melalui proyeksi yang sah
dari informasi tentang dunia. Spesifikasi merupakan pemetaan 1:1 dari beberapa
aspek dunia ke dalam persepsi diberikan seperti pemetaan, pengayaan tidak
diperlukan dan persepsi adalah persepsi langsung.
Salah satu
eksperimen psikologi klasik menunjukkan waktu reaksi jawaban lebih lambat dan
kurang akurat ketika setumpuk kartu bermain dibalik warna sesuai simbol untuk beberapa kartu
(misalnya sekop merah dan hati hitam). Terdapat juga bukti bahwa otak dalam
beberapa hal beroperasi pada sedikit keterlambatan, untuk memungkinkan
impuls saraf dari bagian tubuh yang jauh yang akan diintegrasikan ke dalam
sinyal simultan.
Pemahaman
ekologi persepsi yang berasal dari Gibson karya awal adalah persepsi in
action, pengertian bahwa persepsi adalah properti syarat tindakan bernyawa.
Tanpa persepsi tindakan akan berjalan, dan tanpa persepsi tindakan tidak akan
bermanfaat. Animasi tindakan membutuhkan baik persepsi dan gerak, dan persepsi
dan gerakan dapat digambarkan sebagai dua sisi mata uang yang sama, koin adalah
tindakan. Gibson bekerja dari asumsi tersebut, bahwa entitas tunggal, yang ia
sebut invarian, sudah ada di dunia nyata dan bahwa semua proses persepsi
ini adalah untuk rumah di atas mereka.
Pandangan
yang dikenal sebagai konstruktivisme (yang dimiliki oleh filsuf seperti Ernst von Glasersfeld ) menganggap penyesuaian
terus-menerus persepsi dan tindakan untuk input eksternal sebagai tepat apa
merupakan entitas, yang karenanya jauh dari invarian sedang. Glasersfeld
menganggap sebuah invarian sebagai target yang harus ada dan kebutuhan
pragmatis untuk memungkinkan suatu langkah awal pemahaman akan didirikan
sebelum memperbarui bahwa pernyataan bertujuan untuk mencapai invarian tidak
dan tidak perlu mewakili aktualitas. Teori konstruksionis sosial sehingga
memungkinkan untuk penyesuaian evolusi yg diperlukan.
1. Persepsi Bersifat Dugaan
Oleh karena data yang kita peroleh mengenai objek lewat penginderaan tidak pernah lengkap, persepsi merupakan loncatan langsung pada kesimpulan. Seperti proses seleksi, langkah ini dianggap perlu karena kita tidak mungkin memperoleh seperangkat rincian yang lengkap lewat kelima indera kita.
Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari suatu sudut pandang manapun. Oleh karena informasi yang lengkap tidak pernah tersedia, dugaan diperlukan untuk membuat suatu kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak lengkap lewat penginderaan itu. Kita harus mengisi ruang yang kosong untuk melengkapi gambaran itu dan menyediakan informasi yang hilang
.
Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses mengorganisasikan informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu skema organisasional tertentu yang memungkinkan kita memperolah suatu makna lebih umum.
Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses mengorganisasikan informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu skema organisasional tertentu yang memungkinkan kita memperolah suatu makna lebih umum.
2. Persepsi Bersifat Evaluatif
Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis dalam diri kita yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai, dan pengharapan yang kita gunakan untuk memaknai objek persepsi. Dengan demikian, persepsi bersifat pribadi dan subjektif. Menggunakan kata-kata Andrea L. Rich, “persepsi pada dasarnya memiliki keadaan fisik dan psikologis individu, alih-alih menunjukkan karakteristik dan kualitas mutlak objek yang dipersepsi”. Dengan ungkapan Carl Rogers, “individu bereaksi terhadap dunianya yang ia alami dan menafsirkannya dan dengan demikian dunia perseptual ini, bagi individu tersebut, adalah realitas”.
3. Persepsi Bersifat Konstektual
Suatu rangsangan dari luar harus diorganisasikan. Dari semua pengaruh yang ada dalam persepsi kita, konteks merupakan salah satu pengaruh yang paling kuat. Konteks yang melingkungi kita ketika kita melihat seseorang, suatu objek atau suatu kejadian sangat mempengaruhi struktur kognitif, pengharapan dan juga persepsi kita.
Dalam mengorganisasikan suatu objek, yakni meletakkannya dalam suatu konteks tertentu, kita menggunakan prinsip-prinsip berikut:
a. Prinsip pertama. Stuktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan kelengkapannya
.
b. Prinsip kedua. Kita cenderung mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian yang terdiri dari objek dan latar belakangnya
b. Prinsip kedua. Kita cenderung mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian yang terdiri dari objek dan latar belakangnya
1. Persepsi Bersifat Dugaan
Oleh karena data yang kita peroleh mengenai objek lewat penginderaan tidak pernah lengkap, persepsi merupakan loncatan langsung pada kesimpulan. Seperti proses seleksi, langkah ini dianggap perlu karena kita tidak mungkin memperoleh seperangkat rincian yang lengkap lewat kelima indera kita.
Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari suatu sudut pandang manapun. Oleh karena informasi yang lengkap tidak pernah tersedia, dugaan diperlukan untuk membuat suatu kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak lengkap lewat penginderaan itu. Kita harus mengisi ruang yang kosong untuk melengkapi gambaran itu dan menyediakan informasi yang hilang
.
Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses mengorganisasikan informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu skema organisasional tertentu yang memungkinkan kita memperolah suatu makna lebih umum.
Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses mengorganisasikan informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu skema organisasional tertentu yang memungkinkan kita memperolah suatu makna lebih umum.
2. Persepsi Bersifat Evaluatif
Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis dalam diri kita yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai, dan pengharapan yang kita gunakan untuk memaknai objek persepsi. Dengan demikian, persepsi bersifat pribadi dan subjektif. Menggunakan kata-kata Andrea L. Rich, “persepsi pada dasarnya memiliki keadaan fisik dan psikologis individu, alih-alih menunjukkan karakteristik dan kualitas mutlak objek yang dipersepsi”. Dengan ungkapan Carl Rogers, “individu bereaksi terhadap dunianya yang ia alami dan menafsirkannya dan dengan demikian dunia perseptual ini, bagi individu tersebut, adalah realitas”.
3. Persepsi Bersifat Konstektual
Suatu rangsangan dari luar harus diorganisasikan. Dari semua pengaruh yang ada dalam persepsi kita, konteks merupakan salah satu pengaruh yang paling kuat. Konteks yang melingkungi kita ketika kita melihat seseorang, suatu objek atau suatu kejadian sangat mempengaruhi struktur kognitif, pengharapan dan juga persepsi kita.
Dalam mengorganisasikan suatu objek, yakni meletakkannya dalam suatu konteks tertentu, kita menggunakan prinsip-prinsip berikut:
a. Prinsip pertama. Stuktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan kelengkapannya
.
b. Prinsip kedua. Kita cenderung mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian yang terdiri dari objek dan latar belakangnya
b. Prinsip kedua. Kita cenderung mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian yang terdiri dari objek dan latar belakangnya
F. Persepsi Langsung
Gagasan di
balik jarak adalah bahwa pengamat memperhatikan isyarat kritis. Sebagai
contohnya, bahwa satu benda tampak lebih besar dari benda lain dan kemudian
secara tidak sadar untuk menyimpulkan informasi jarak dari isyarat tersebut.
Kesimpulan ke bawah sadar ini diperkenalkan oleh Helmotz pada tahun 1909.
Walaupun hal ini masih terus menjadi gagasan penting dalam penelitian persepsi,
beberapa ahli psikologi telah mencoba mencari pendekatan lain tentang persepsi
kedalaman.
Gibson
menyatakan bahwa kita tidak menyimpulkan kedalaman, tetapi hanya menghayatinya
secara langsung. Untuk dapat memahami gagasan Gibson, akan sangat berguna jika
kita membahas di mana orang biasanya mencari informasi tentang kedalaman. Gibson
berpendapat, bahwa orang tidak mencari isyarat yang menonjol di udara, seperti
ukuran relative, superposisi, dan ketinggian relative orang mencari informasi
pada latar itu sendiri.
G. Persepsi Kedalaman
Persepsi
kedalaman menurut Gibson merupakan masalah penangkapan invariant tersebut
secara tidak langsung. Jadi, kita tidak perlu memproses informasi yang diberikan
oleh isyarat, kedalaman yang tersebar, tetapi kita dapat langsung menghayati
informasi kedalaman yang diberikan oleh tekstur (Goldstein, 1989) Pengantar
Psikologi perkembangan halaman 285-286-287. Eleanor Gibson dan Richard Walk
(1960), menentukan bahwa sebagian besar bayi tidak akan merangkak ke arah kaca,
yang mengindikasikan bahwa mereka memiliki persepsi kedalaman. Selain itu
membangun sebuah miniatur jurang dengan turunan curam yang ditutupi kaca dalam
laboratorium.
Mereka
menempatkan bayi pada tepi jurang visual ini dan ibu mereka mereka membujuk
mereka merangkak ke atas kaca. Kebanyakan bayi tidak mau merangkak ke atas
kaca, melainkan memilih tetap berada di tempat yang rata, mengindikasikan bahwa
mereka dapat mempersepsikan kedalaman. Bayi yang berumur 6-12 bulan dalam
eksperimen jurang visual yang luas. Bayi mengembangkan kemampuan untuk
menggunakan tanda-tanda binokuler terhadap kedalaman di dekitar usia 3 atau 4
bulan.
Bayi umur
2-4 bulan menunjukkan perbedaan detak jantung ketika mereka ditempatkan secara
langsung pada sisi yang turun dari jurang visual dibandingkan dengan sisi yang
rata. Dengan perbedaan ini dapat berarti bahwa bayi bereaksi terhadap beberapa
karakteristik visual dari jurang turun dan jurang rata, tanpa pengetahuan
aktual mengenai kedalaman.
Pada umur
3 atau 4 tahun anak menjadi semakin efisien dalam mendeteksi batasan antar
warna misalnya, merah dan oranye. Ketika mereka berusia sekitar 3 atau 4 tahun
, kebanyakan otot mata anak cukup berkembang untuk digerakkan secara efisien mengikuti
serangkaian huruf. Banyak anak prasekolah menderita rabun dekat, tidak dapat
melihat jauh. Meskipun mereka baru memasuki kelas 1 sekolah dasar, sebagian
besar anak memfokuskan mata mereka dan mempertahankan perhatian mereka secara
efektif pada benda dekat.
Tanda-tanda
masalah penglihatan pada anak meliputi menggosok-gosok mata, kedipan mata yang
berlebihan, menyipitkan mata, terlihat terganggu ketika memainkan permainan
yang memerlukan penglihatan jauh yang baik, menutup satu mata, dan menundukkan atau
memajukan kepala ketika melihat sesuatu.
H. Pemasangan Perseptual –Motorik
Perbedaan
antara persepsi dan melakukan telah menjadi tradisi lama yang dihormati dalam
psikologi. Meskipun demikian, sejumlah ahli dalam perkembangan perseptual dan
motorik mempertanyakan apakah perbedaan ini masuk akal. Fokus penelitian utama
dalam pendekatan sistem dinamik Esther Thelen adalah untuk menjelajahi
bagaimana orang merakit perilaku motorik untu berpersepsi dan bertindak.
Tema utama
dalam pendekatan ekologi dari Eleanor dan James J Gibson adalah untuk menemukan
bahwa persepsi menuntun tindakan. Tindakan dapat menuntun persepsi, dan
persepsi dapat menuntun tindakan. Hanya dengan menggerakkan mata, kepala,
tangan, dan lengan atau dengan bergerak dari satu ke tempat lain, seseorang
dapat secara penuh merasakan lingkungannya dan belajar bagaimana beradaptasi
terhadapnya. Persepsi dan tindakan dipasangkan.
I. Affordances
Gibson
mendefinisikan affordance sebagai kualitas objek, atau lingkungan, yang
memungkinkan seorang individu untuk melakukan tindakan. Gibson awalnya
memperkenalkan istilah dalam artikelnya pada tahun 1977, dengan Teori affordances,
dan menjelajahinya lebih lengkap dalam bukunya, The Ecological Approach to
Visual Perception.
The affordances
lingkungan hidup adalah apapun benda yang tersedia pada lingkungan
yang baik ataupun buruk. Gibson bermaksud dengan sesuatu yang merujuk pada
lingkungan dan hewan dengan cara yang tidak ada istilah tidak ada.
Affordances
adalah kemungkinan tindakan laten di lingkungan, objektif terukur, dan
independen dari kemampuan individu untuk mengenali mereka, tetapi dalam
hubungan dengan aktor dan karena itu bergantung pada kemampuan mereka. Tata
letak yang berbeda mampu perilaku yang berbeda untuk binatang yang berbeda, dan
pertemuan mekanis yang berbeda (Gibson 1979, 128). Jadi, objek yang berbeda
mampu kesempatan yang berbeda untuk jenis permukaan yang berbeda mungkin
menawarkan dukungan untuk laba-laba, tetapi bukan-gajah serta dalam suatu
spesies, seperti yang affords duduk untuk anak tidak dapat melakukannya untuk
orang dewasa, dan sebaliknya.
Teori
Gibson tentang affordances sangat sulit untuk diterima atau dipahami.
Berdasarkan persepsi system daripada indera sudah sulit bagi orang lain yang
memahaminya. Gibson mencoba untuk membuktikan bahwa sistem perseptual
sangat berbeda dari rasa, satu yang sedang aktif dan pasif lainnya. Orang-orang
berkata, apa yang saya maksud dengan arti merupakan pengertian aktif
syaraf. Itu bukan apa yang saya dimaksud dengan sistem perseptual kegiatan
mencari, mendengarkan, menyentuh, merasakan, atau mencium. Apakah affordance
dari kursi (duduk) yaitu suatu properti dari kursi, atau dari orang yang duduk
di atasnya atau yang memandang sebagai sesuatu yang mungkin untuk duduk di
atas, atau sesuatu yang lain? Suatu orang yang berinteraksi dengan sebuah
properti yang berinteraksi dengan milik agen sedemikian rupa sehingga suatu
kegiatan dapat didukung. Karakteristik obyek dan pengaturan dalam lingkungan
yang mendukung kontribusi mereka untuk kegiatan interaktif. Pada lingkungan
affords tersedia potensi tindakan banyak pengamat aktif. Bagi Gibson,
affordance yang berada di luar pengamat adalah di lingkungan, yang berpotensi
karena tergantung pada hubungan antara lingkungan dan pengamat aktif.
DAFTAR
PUSTAKA
Gibson, RS.,
1990. Principles of Nutritional
Assessment. Oxford University Press:
New
York.
Marcella Joyce,Laurens.2004. Aristektur dan Perilaku Manusia. PT
Grasindo: Jakarta.
Naisaban, Ladislaus. 2009. Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat
Hidup, Pokok Pikiran, dan Karya. PT Grasindo: Jakarta.
Indrisari & Irmy Dyah. 2011. Perkembangan Perseptual Gibson. http://cinthamymy.wordpress.com/2011/
12/31/perkembangan-perseptual-gibson/ (diakses tanggal 20 Juni
2012).
Ulama,Satkar.2010.AnalisisPersepsidalamKomunikasi.http://satkarulama.webs.com/apps/blog/show/3573448
(diakses tanggal 20 Juni 2012).
malamtadi.wordpress.com
/(diakses
tanggal 20 Juni 2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar