1. Konstribusi
sastra anak tersebut terhadap perkembangan emosional
Emosional berkaitan dengan kematangan
psikis seseorang, seseorang memiliki emosional yang matang apabila anak
tersebut sudah mampu mengendalikan dirinya dan dapat menempatkan dirinya dalam
posisi yang tepat.
Dalam cerita detektif cilik ini anak
dianggap sudah memiliki emosional yang matang sehingga anak mampu mengendalikan
emosinya dalam menangani sebuah masalah yang ada dalam lingkungan masyarakat.
Hal ini dapat dilihat bagaimana si asep menyelidiki perampokan yang akhir-akhir
ini terjadi di kompleknya.walaupun asep tergolong masih anak-anak tetapi ia mampu
membuktikan suatu kebenaran dan mampu menyelesaikan suatu masalah yang tidak
seharusnya ditangani oleh anak kecil. Disini anak menunjukan kemampuan individu
untuk mengelola serta mengendalikan emosi dan reaksinya. Dari cerita tersebut
anak jadi mampu untuk mengontrol emosinya untuk menyelesaikan suatu masalah,
sehingga masalah tersebut bisa teratasi.
2. Konstribusi
anak tersebut terhadap perkembangan intelektual
Intelektual berhubungan dengan kecerdasan
seseorang.seseorang yang cerdas bisa menggunakan akalnya untuk berfikir kea rah
yang lebih maju atau dapat berfikir ke depan. Cerita detektif ini menceritakan
seorang anak yang memiliki kecerdasan
serta dapat berfikir kritis, sehingga anak dapat menggunakan tak tiknya
untuk menyelesaikan suatu masalah. Dari cerita tersebut dapat dijadikan contoh
apabila kita ingin memecahkan masalah kita harus dapat berfikir kritis agar
masalah tersebut dapat terpecahkan dengan baik.
3. Konstribusi
sastra anak tersebut terhadap perkembangan imajinasi
Dari cerita detektif ini anak dapat
merasakan sesuatu yang baru sehinnga apa yang difikirkan masuk dalam dunia
imajinasinya, secara tidak langsung anak dapat merespon dan membayangkan semua
isi dari carita detektif tersebut. Dalam cerita detektif ini diceritakan
bagaimana seorang anak dapat menyelidiki dan mengungkap suatu kejahatan yaitu
perampokan yang terjadi di kompleknya. Cerita tersebut dapat mengembangkan
imajinasinya yaitu dengan cara anak membayangkan apa yang dialami oleh tokoh
dalam cerita tersebut.
4. Konstribusi
sastra anak tersebut terhadap pertumbuhan rasa sosial
Dalam cerita detektif ini dijelaskan
bahwa anak sangat peduli dengan lingkungannya, sehinnga anak tersebut
berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Hal ini menunjukkan bahwa rasa sosial anak terhadap lingkungannya begitu besar.
Dibuktikan saat anak tersebut menyelidiki perampokan yang terjadi di rumah Bu Intan demi mengungkap
suatu kehjahatan yang meresahkan mesyrakat.
Dengan membaca cerita tersebut anak bisa
menumbuhkan rasa sosialnya terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Sehingga anak dapat menjalankan perannya dan dapat berinteraksi dengan baik
dengan lingkungannya.
5. Konstribusi
sastra anak tersebut terhadap pertumbuhan rasa etis dan religious
Dalam cerita ini rasaetis dan religious
dicerminkan oleh tokoh utama yaitu asep. Asep adalah anak yang baik disaat
adiknya ketakutan karena mimpi buruk, asep sebagai kakak mengingatkan adiknya
agar membaca doa dulu sebelum tidur. Dengan hal tersebu menunjukkan bahwa anak
tersebut selalu mengingat Alloh. Selain itu disaat asep ingin menyelidiki
perampokan yang terjadi di kompleknya ia mengerjakan PR dan setelah itu asep
pamit kepada ibunya, sikap anak tersebu sudah menunjukkan rasa etis kepada
orang tuanya.
Dengan membaca karya sastra ini anak dapat
menerapkan bagaimana bertingkah laku dengan rasaetis dan religius. Anak menjadi
termotivasi dengan cerita tersebut sehingga anak dapat bersopan santun terhadap
orang yang lebih tua baik itu orang tuanya sendiri maupun orang lain. Selain
itu tertanamdi dalam diri anak untuk selalu berdoa dan mengingat tuhannya
dimanapun dan kapanpun, serta dalam situasi apapun.
6. Konstribusi
sastra anak tersebut terhadap eksplorasi dan penemuan
Dalam cerita ini diceritakan bahwa si anak
dalam mengungkap suatu masalah melalui penyelidikan. Dan dengan penyelidikan
tersebut secara diam-diam anak tersebut mencari bukti-bukti yang kuat untuk
diserahkan kepada polisi sehingga masalah tersebut dapat di tindak lanjuti oleh
pihak yang berwenang.
Dengan membaca karya sastra ini anak
dapat menerima pelajaran-pelajaran baru misalnya anak menjadi tahu bagaimana
cara untuk mengungkap suatu kejahatan, secara tidak langsung si anak masih
membutuhkan pertolongan orang lain. Yaitu dari pihak polisi yang bekerja sama
dengan keluarga Asep. Jadi pada dasarnya kerja sama sangat penting untuk
menyelesaikan suatu masalah.
7. Konstribusi
sastra anak tersebut terhadap perkembangan bahasa
Cerita ini menggunakan bahasa yang
sederhana mudah untuk dipahami. Dengan bahasa yang sederhana pembaca bisa
menerima pesan yang disampaikan oleh penulis. Bahasa merupakan alat untuk
berkomunikasi dimana pikiran dan perasaan dapat dinyatakan melalui tulisan dan lisan
dengan gambar atau lukisan. Hal tersebut dapat membantu anak untuk mengenal dan
menguasai bahasa mulai dari perbendaharaan kata. Dengan membaca cerita ini anak
menjadi lebih menguasai bahasa. Sehingga anak dapat menggunakan bahasa yang baikdalam kehidupan
sehari-harinya.
8. Konstribusi
sastra anak tersebut terhadap pengembangan nilai keindahan
Sastra yang didalamnya mengandung unsur
keindahan akan mengundang minat pembaca untuk membaca dan mendalaminya. Cerita
ini menggunakan gambar sehinggah menambah tampilan dari cerita tersebut. Dan
jalan ceritanya yang tidak bertele-tele sehingga jalan ceritanya enak untuk di ikuti.
Bahasa yang disajikan tidak terlalu formal membuat pembaca tidak bosan dan
jenuh karena pembaca akan merasa lebih senang apabila isi ceritannya tidak
monoton.
Anak lebih mudah dalam menangkap pesan
yang disampaikan oleh penulis sehingga anak tidak cepat bosan. Anak juga jadi
mengetahui ternyata nilai keindahan
dalam suatu karya sastra itu sangat penting.
9. Konstribusi
sastra anak tersebut terhadap penanaman wawasan multicultural
Multicultural merupakan suatu kebudayaan.
Dalam cerita ini mengembangkan kebudayaan yaitu saat si asep ingin menolong
lingkungan sekitarnya dari perampokan dan dalam menyelesaikan masalah
tersebutperlu adanya kerja sama. Secara kebudayaan tindakan tersebut termasuk
kebudayaan Indonesia yang sejak dulu sudah ada. Dengan membaca cerita ini anak
mampu menerapkan kebudayaan yang ada di Indonesia diantaranya yaitu kebudayaan
untuk saling tolong menolong antar sesame, selain itu anak menjadi bertambah wawasan
bahwa kerja sama juga merupakan suatu kebudayaan.
10. Konstribusi
sastra anak tersebut terhadap penanaman kebiasaan membaca
Dalam cerita ini terdapat bahasa yang
mudah dipahami oleh anak. Dalam pengamasannya juga menarik sehingga tidak
membuat anak bosan. Dengan hal tersebut diharapkan anak tertarik dan dengan
ketertarikan tersebut dapat membuat anak menjadi hobi membaca sehingga tertanam
kebiasaan membaca dalam diri anak.
DETEKTIF CILIK
Oleh Lilla Yogi Sumbara
Erangan
menyeramkan membangunkan asep. Dengan mata terkantuk-kantuk, ia mencoba mencari
sumber suara itu. “Aaaarghh…tidak…pergi kau…!!” Asep kaget mendengar suara itu.
Cepat-cepat ia menyalahkan lampu kamar. Ternyata erangan yang meyeramkan itu
berasal dari tempat tidur Deden. Rupanya deden sedang bermimpi. Tempat tidur
deden terletak di sebelah tempat tidur Asep. “hey,Den! Kalau mimpi jangan
berisik dong. Kakak tidak bias tidur nih! Besok kakak harus bangun pagi.”
Deden terbangun. “kak, tdi aku mimpi
diculik sekawanan perampok. Aku ketakutan.” “itu Cuma mimpi, den. Makanya,
sebelum tidur, baca doa dulu. Biar mimpimu bagus. Sudah ah, kakak mau tidur
lagi.”
Belum
sempat asep memejamkan mata, tiba-tiba ia dikagetkan kembali dengan suara-suara
gaduh dari luar kamarnya. Asep mengintip keluar jendela kamarnya. Ia melihat
sekelebatan bayangan hitam. Namun saat ia melihat sekali lagi, bayangan itu
sudah tidak ada. Ah, mungkin aku salah lihat. Pikirnya. Asep akhirnya tertidur
kembali. Keesokan paginya, saat sarapan, asep menceritakan sekelebetan bayangan
yang mengganggu tidurnya. “ mungkin hantuuu…,” jawab adiknya.
“sudah,
sudah… mungkin itu hanya ranting pohon yang goyang tertiup angin. Ayo, lekas
berangkat ke sekolah.nanti ayah terlambat masuk kantor,” timpah ayah.
“nanti
malam aku akan menyelidikinya,” piker asep.
Sepulang
sekolah, asep membeli kue kesukaannya di warung Bi Minah. Di warung itu,
terdengar suara rebut ibu-ibu yang mengobrol. Ternyata mereka sedang
membicarakan rumah Bu Intan yang tadi
malam kemalinggan. Asep teringat, Bu Intan adalah tetangga barunya. Suaminya
bernama Pak Radi. Rumah mereka hanya terhalang lima rumah. Tanpa lama-lama,
Asep membayar kuenya dan pulang ke rumah. Setiba di rumah, Asep berteriak memanggil
ibunya.
“Bu,
Ibu….! Rumah Bu Intan tadi malam kemalingan, ya? Mungkin bayangan yang semalam
kulihat itu, bayangan perampoknya, Bu.”
“Menurut
kabar yang Ibu dengar sih iya, sep. Tidak ada korban. Hanya beberapa perhiasan
dan uang yang dirampok. Ini perampokan yang ketiga di kompleks kita.”
Setelah
selesai makan dan mengerjakan PR, Asep pamit pada ibunya. Asep berniat
menyelidiki perampokan di rumah Bu Intan.
Setiba
di rumah Bu Intan, suasana terlihat sepi. Tiba-tiba, Asep mendengar dua orang
sedang bercakap dengan suara pelan. Asep tidak bias mengintip karena tempat
merek agak terhalang tembok.
“
Rencana kita berhasil, Tan. Sekarang, tinggal rumah Bu Lilla sasaran kita
berikutnya. Kita tetap masih harus berpura-pura sedih kalau kita sudah kemalingan.”
“Siiip…
orang-orang di komplek ini mudah saja dibohongi.”
Hah! Apakah itu suara Bu Intan dan Pak Radi? KOk, mereka
tidak terdengar seperti suami istri? Seperti berbicara pada teman. Apa
maksud mereka dengan “sekarang tinggal rumah Bu Lilla?” Itu kan nama ibuku,
rumahku. Apa jangan-jangan mereka… Jantung Asep berdebar memikirkan dugaannya.
Malam
pun tiba. Setelah semuanya tidur, Asep mengendap-endap keluar kamarnya dan
mengambil senter. Tidak lupa membawa tape
recorder untuk merrekam, jika dugaannya benar.
Setelah
tiba di belakang rumah Bu Intan, Asep berhati-hati agar tidak mengeluarkan
bunyi gaduh. Ternyata dugaan Asep benar. Ada suara beberapa orang sedang
berdiskusi. Aseptidak lupa merekam dengan tape
recorder-nya. Mereka terdengar akan merampok rumah Bu Lilla.
Setiba
di rumahnya kembali, Asep segera membangunkan ibu bapaknya. Ia memberikan tape recorder-nya. Ayah menyalahkannya
dan mendengarkan rekaman percakapan orang-orang itu.
“Darimana
kamu mendapatkan ini?”
“Maaf,
Yah. Tadi Asep keluar rumah diam-diam. Soalnya kalau asep bilang, pasti tidak
diizinkan.
Maaf.”
“
kalau begitu, kita harus cepat-cepat telepon polisi sebelum mereka dating. Tapi
jangan rebut. Kita sergap mereka begitu mesuk.” Beberapa saat kemudian…
Polisi
dating tanpa menarik perhatian tetangga lain dan tanpa membunyikan sirine.
Mereka bersembunyi di balik gorden dan di balik semak di depan rumah.
Sesaat
kemudian,empat perampok bertopeng asuk ke
rumah. Ayah menyalahkan lampu. Para perampok itu kaget. Mereka langsung
lari. Namun mereka dihadang oleh polisi yang sembunyi di balik semak.
Akhirnya
merekapun tertangkap basah. Waktu topeng mereka dibuka, ternyata mereka adalah
Pak Radi, Bu Intan, dan kedua teman mereka. Semuanya tertunduk malu, tidak
berkata apa-apa.akhirnya mereka dibawa ke kantor polisi.
“Terima
kasih atas kerjasamanya, Pak. Kalau kami tidak diberitahu, mungkin perampok
amatir ini akan merajalela,” kata Pak Polisi sambil menjabat tangan Ayah.
“
Sebenarnya, kalau tidak ada detektif cilik ini, semuanya tidak akan terbongkar,”
kata Ayah sambil melirik ke Arah Asep. “Tapi lain kali, kalau mau keluar malam,
bilang dulu ya.”
Mereka semua pun
tertawa.
Di ambil dari: Majalah Bobo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar